Review dan Sinopsis Film Budi Pekerti: Kritik untuk Bijak Berkomentar di Media Sosial
Film Budi Pekerti hadir sebagai karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh isu-isu sosial yang relevan di era digital.
Mengangkat tema tentang etika berkomentar di media sosial, film ini berhasil menyampaikan pesan moral dengan cara yang menyentuh hati dan memicu refleksi mendalam.
Penonton diajak melihat bagaimana sebuah komentar atau unggahan di dunia maya dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang.
Sinopsis Film Budi Pekerti: Kritik untuk Bijak Berkomentar di Media Sosial
Cerita film ini berpusat pada kehidupan seorang guru bernama Bu Prani yang dikenal memiliki reputasi baik di lingkungannya.
Namun, kehidupannya berubah drastis ketika sebuah video dirinya yang sedang menegur seorang murid menjadi viral di media sosial.
Potongan video yang tidak utuh tersebut memicu berbagai komentar negatif dari warganet, yang kemudian memengaruhi kehidupan pribadi dan profesionalnya.
Konflik semakin memanas ketika keluarga Bu Prani ikut terseret dalam pusaran gosip dan hujatan online.
Sang anak menjadi korban perundungan di sekolah, sementara sang suami kehilangan kepercayaan dari rekan kerjanya.
Dari sinilah, penonton diajak menyadari bahwa apa yang tampak di media sosial tidak selalu mencerminkan kebenaran yang utuh.
Pesan Moral dan Kritik Sosial
Melalui alur ceritanya, Budi Pekerti memberikan kritik tajam terhadap kebiasaan warganet yang sering terburu-buru menilai tanpa mengetahui fakta secara lengkap.
Film ini juga menyoroti budaya “trial by social media” yang sering membuat orang terhukum secara moral bahkan sebelum kebenaran terungkap.
Sutradara menyampaikan pesan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab etis dalam berinteraksi di dunia maya.
Sekadar mengetik komentar atau membagikan unggahan tanpa memikirkan dampaknya dapat menjadi senjata yang melukai orang lain.
Akting Para Pemain
Akting para pemeran menjadi salah satu kekuatan utama film ini. Pemeran Bu Prani tampil dengan ekspresi yang natural, berhasil menggambarkan
emosi dari rasa marah, sedih, hingga pasrah. Pemain pendukung juga berhasil memperkuat cerita, terutama yang memerankan anggota keluarga Bu Prani.
Chemistry yang terjalin membuat penonton merasa ikut larut dalam perasaan yang dialami para tokoh.
Sinematografi dan Penyajian Visual
Secara visual, film ini menampilkan sinematografi yang sederhana namun efektif. Penggunaan pencahayaan natural memberi kesan realistis
seolah penonton sedang melihat kejadian nyata. Adegan-adegan yang menampilkan interaksi di media sosial dikemas dengan gaya yang modern, menggunakan tampilan antarmuka digital yang familiar bagi penonton masa kini.
Penggunaan simbol visual seperti layar ponsel yang dipenuhi notifikasi menjadi pengingat akan derasnya arus informasi di zaman sekarang.
Hal ini memperkuat pesan bahwa setiap informasi yang kita lihat belum tentu benar dan layak untuk dibagikan.
Relevansi di Era Digital
Film Budi Pekerti terasa sangat relevan di tengah fenomena media sosial yang kini menjadi bagian besar dari kehidupan.
Banyak orang sering kali tergoda untuk ikut berkomentar tanpa mempertimbangkan dampaknya. Cerita dalam film ini dapat menjadi cermin bagi setiap penonton, mengajak kita untuk lebih berhati-hati dan bijak sebelum menekan tombol “kirim”.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Budi Pekerti adalah film yang patut ditonton oleh semua kalangan, khususnya generasi muda yang aktif di media sosial.
Dengan alur yang menyentuh dan pesan moral yang kuat, film ini mengajarkan pentingnya empati, kehati-hatian, dan tanggung jawab dalam berkomunikasi di dunia maya.
Baca juga: Sinopsis film Konsekrasi Jena Malone Thoren Ferguson